BEDAH FILM: 2014 “SIAPA DI ATAS PRESIDEN”

 

    Seperti yang kita ketahui bersama politik adalah sebuah usaha atau taktik dalam mencapai tujuan yang mana hal tersebut tidak dapat dihindari maupun di lepaskan dari kehidupan manusia, mulai dari masyarakat biasa hingga para pejabat tinggi negara pasti tidak mungkin terlepas dari yang namanya politik. Berbicara mengenai politik, sering kali politik di anggap kotor, hina bahkan tercela karna seringkalinya didapati fakta kotor di belakangnya namun sejatinya politik tidaklah ada yang kotor hanya saja siapa yang terlibat dan menjalankan kepentingan tersebut.

    Dunia perpolitikan memang tidak ada matinya untuk di bahas, namun hingga saat ini pembahasan mengenai politik di Indonesia masih terkesan kaku hal ini yang menarik di mana sebuah film berjudul 2014 “Siapa Di Atas Presiden” besutan Rahabi Mandra dan Hanung Bramantyo yang rilis pada tahun 2015 ini dapat megkemas sebuah film dengan sangat apik, Film yang di bintangi oleh artis-artis ternama diantarnya Rizky Nazar sebagai Ricky Bagaskoro, Ray Sahetapy sebagai Bagas Notolegowo, Maudy Ayunda sebagai Laras dan artis-artis lainnya. Pada film ini Rahabi Mandra dan Hanung Bramantyo berhasil menggambarkan perpolitikan dalam pemilu, kepemimpinan, sebuah “haus jabatan” serta tekanan sosial dalam masyarakat.

    “2014” memang tidak secara gamblang mengatakan bahwa sebuah konflik serta situasi politik yang ada dalam film tersebuat adalah menggambarkan Indonesia karna dasarnya tujuan dari film ini adalah sebuah fiksi yang mana konteks dalam film ini adalah membicarakan sebuah kenyataan dalam fiksi tersebut sehingga sebuah cerita yang di angkat dalam film tersebut bisa lebih bebas tanpa tendensi dari pihak manapun.

    Rentetan dari film ini menceritakan bagaiman usaha Ricky Bagaskoro sebagai anak dari calon presiden dalam pemilu 2014 Bagas Notolegowo yang dijebak dalam kasus pembunuhan yang mana ketidakadilan dan keikutsertaan tangan-tangan kotor didalamnya mulai dari penghilangan barang bukti, pemfitnahan, serta pembungkaman di ceritaka dalam film “2014” dengan sangat nyata dapat di pahami. Adapun makna yang dapat di petik dari fi mini ialah pentingnya keadilan dalam sebuah negara seperti dialog yang disampaikan oleh Bagas Notolegowo "Yang tidak membuat kita mati adalah sesuatu yang mampu membuat kita untuk kuat", salah satunya dengan memberikan hak untuk bersuara dan berani untuk berbuat adil. Tanpa keadilan sebuah negara semakmur apapun tidak akan sejahtera rakyatnya, karena tanpa ketidakadilan hak rakyat untuk bersuara akan dibisukan.


Komentar